0

Buruan Sur, bus nya mau berangkat!” teriak Arif.
Iya sebentar,” jawabku sembari memasukkan beberapa perlengkapan pribadi yang baru kubeli di Pasar Bringharjo kemarin sore. Kemudian aku bergegas menaiki bus peserta.

Hari keempat bulan Agustus 2018, acara tahunan yang diselenggarakan oleh YOUFA bertempat di Indonesia. Yogyakarta menjadi kota terpilih penyelenggaraannya. YOUFA (Youth Federation of Asia) salah satu komunitas yang mewadahi pemuda Asia dalam mendiskusikan permasalahan terkini guna memberikan inovasi pemecahan masalah khususnya di Benua Asia. Anggotanya adalah mahasiswa yang aktif dalam organisasi kampus masing-masing.

Aku beruntung menjadi satu dari ratusan pemuda yang terpilih untuk mengikuti organisasi ini. Suryanto, mahasiswa semester 4 Fakultas MIPA Unversitas Gajah Mada dengan tinggi badan 175 cm warna kulit sawo matang asli Jawa Tengah. Saat ini menjabat sebagai Koordinator Kementerian Luar Negeri Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Roda bus melaju menuju daerah Playen, Gunung Kidul. Entahlah, apakah tujuan panitia mengajak kami kesana. Sebuah acara berjudul Focus Group Discussion yang mungkin nantinya menjadi acara tamasya ke pantai.Sebuah kursi kosong tersedia di barisan ketiga dari depan. Dengan kosa kata bahasa inggris yang masih terbatas, sapaanku melayang pada pemuda yang sudah duduk dahulu disamping kursi kosong bus.
Apa saya boleh duduk disini,” tanyaku pada seorang lelaki yang sepertinya sebaya denganku dengan rambut hitam lebat dan mata sipit.
Ya, tentu,” jawabnya.

Sepanjang perjalanan menuju lokasi acara, suasana begitu dingin tak ada yang memulai pembicaraan. Sebuah tanya memulai percakapan akhirnya memecah sunyi.
Indonesia?” dia menembak tanya padaku, seolah dia sudah paham ciri orang Indonesia, mata bulat dan suka telat.
Iya, dan kamu?” tanyaku balik.
Japan.” Jawabnya singkat.
Jepang, sebuah negara yang menjadi salah satu list dari negara-negara Asia yang ingin ku kunjungi. Sebuah negara yang terkenal dengan anime kesukaanku sejak belia. Apa lagi saat liburan sekolah tiba, kami seakan dibuat sibuk mengamati kegiatan chibi maruko-chan, doraemon dan teman-temannya. Negeri matahari terbit yang indah dengan gambaran bunga sakura yang mewarnai di musim semi.

Apa yang kamu ketahui tentang Indonesia?” sebuah pertanyaan untuk memancing argumennya. Jepang terkenal dengan karyanya lalu bagaimana Indonesia dikenal disana. Negeri indah yang bangsanya saja tak mengenalnya.
Tsunami Aceh 2004”  katanya.
Aku tak terkejut dengan jawabannya. Saat tsunami itu terjadi, media luar dan dalam negeri berlomba-lomba membesarkan beritanya. Negara-negara terdekatpun ikut terdampak tsunami. Maldives yang terkenal dengan biru lautannya, tak bisa terhindar dari bencana maha dahsyat itu. Korbannya ratusan ribu orang, yang selamat pun mengalami beban psikis. Anak-anak yang kehilangan orang tua nya, seorang yang kehilangan anggota tubuhnya karena terjangan ombak besar itu dan tentu kehidupan mereka yang harus dimulai dari awal lagi.

Lagi pula Indonesia juga punya keindahan alam yang tak kalah cantik dari Hawaii. Mungkin dia belum tahu tentang keindahan lautan Bunaken, Raja Ampat juga Gili Trawangan. Dan tentunya dia pasti akan terpana dengan pantai di Gunung Kidul yang masih asri.

Obrolan berlanjut dengan ceritanya mengenai sistem pengaturan limbah di Jepang. Hingga perilaku dari penduduk Jepang yang menjujung tinggi ketepatan waktu. Entahlah, apakah dia sengaja menyindirku karena sedikit terlambat yang membuat rombongan di bus menunggu. Satu jam berlalu, sampailah kami di sebuah pantai yang masih sangat sepi menurutku. Kulihat hanya ada beberapa motor pengunjung yang terparkir sebelum bus kami tiba. Mungkin panitia memilih tempat ini agar kami lebih fokus dalam diskusi. Diskusi yang belum diberitahukan tema utama yang akan dijadikan ajang perdebatan.

Setelah memasuki area pantai, benar saja kami dibuat terpana pada air nya yang masih biru, hingga karang yang mengitari di samping pantai seakan menyambut kami seperti patung selamat datang di Jakarta.
Hey Sur, ayo kumpul di Pendopo. Acara akan dimulai,” ajak Arif, teman sekampus dan seperjuanganku.
Iya Rif, aku akan menyusulmu,” jawabku yang saat itu sedang mengambil beberapa gambar untuk dijadikan feed di akun instagram milikku.

Acara dimulai dengan tema limbah plastik. Limbah plastik yang menjadi masalah utama pencemaran lingkungan di Asia dan Indonesia meraih peringkat pertama di Asia sebagai penghasil limbah plastik terbesar. Peringkat tidak melulu mengenai prestasi. Perilaku komsumtif pada sebagian masyarakat membuat Indonesia tertahan di peringkat teratas.

Sebuah kesimpulan yang menjadikan tantangan kedepan bagi kami pemuda yang bergelar mahasiswa untuk terus memperbaiki negara kami. Tentu bukan hanya pemuda Indonesia yang harus bergerak memperbaiki masalah pencemaran lingkungan ini. Seluruh pemuda Asia dituntut untuk memberikan sumbangsih bantuan berupa gagasan ataupun inovasi sebagai solusi permasalahannya.
Pukul 4 sore, seluruh peserta YOUFA diberikan waktu bebas untuk menikmati keindahan pantai. Aku memilih menunggu indahnya sunset dengan duduk di tepi pantai. Seseorang menghampiri dan duduk disampingku.
Apa yang kamu lakukan disini?” sapa teman Jepangku yang belum kuketahui namanya.
Menunggu sunset, aku lupa bertanya siapa namamu?
Panggil saja Takeshi, dan kamu?
Namaku Suryanto. Duduklah disini akan kuperlihatkan sekeping keindahan Indonesia yang lebih dahsyat dari Tsunami Aceh 2004.
Baiklah.”

Pukul 16.50 WIB, matahari bersiap memamerkan emas diujung lautan. Seluruh pengunjung pantai terdiam menatap warna jingga merekah di ujung cakrawala. Termasuk Takeshi, dia tersenyum terlihat bahagia seperti baru pertama melihat sunset.
So beautiful.” Ungkapnya.
Adiwarna karunia Sang Kuasa atas indahnya Indonesia. Hingga sunset berakhir, aku lupa untuk mengambil beberapa gambar sebagai koleksi pribadi. Sudahlah, mengabadikan tak harus dengan kamera, menikmatinya saja sudah sangat melegakan mata.
Sunset sebagai penutup permasalahan hari ini. Dalam hatiku berjanji, baktiku untuk Indonesiaku. Aku bangga dengan kilauan alam Indonesia dan permasalahan yang menjadikannya dikenal dunia.

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke blog bidan Anisah, Semoga bermanfaat :)

 
Top