0
Photo by freepik

 Oleh : dr. Leny Kartika, Sp.A(K)

Pandemi Covid-19 masih terjadi pada masa ini yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Proses transmisi melalui droplet, kontak langsung ataupun tidak langsung dan airbone. Menurut beberapa hipotesa, covid-19 pada anak akan menunjukan gejala yang lebih ringan dari dewasa namun proporsi asimptomatis nya lebih besar. Sumber penularan terjadi pada kluster keluarga dengan masa inkubasi antara 2 hari hingga 10 hari. Berdasarkan distribusi usia di berbagai negara, jumlah anak yang terkena covid-19 memiliki proporsi yang sedikit. Namun di Indonesia sendiri proporsi terjangkitnya virus tersebut pada anak-anak tidak sedikit.

            Berdasarkan data yang dihimpun dari IDAI tercatat 584 anak terkonfirmasi covid-19 dengan 3.324 anak berstatus PDP. Selain itu ada 14 anak yang dinyatakan meningal dunia akibat covid-19 dan sebanyak 129 anak meninggal dalam status PDP.

            Hipotesa mengenai gejala SARS-CoV 2 dikatakan ringan bila terjadi pada anak dikarenakan Perbedaan respon imun anak dan dewasa, jarang terdapat komorbiditas, pengaruh dari perkembangan paru-paru, Ekspresi ACE2 lebih sedikit dan juga terjadi cross imunity dengan corona virus lain.

            Gejala klinis pada anak berbeda dengan orang dewasa. Usia median anak yang terkena covid-19 yaitu pada usia 6-7 tahun dengan lebih banyak anak dengan jenis kelamin laki-laki. Kematian yang terjadi pada anak dengan kasus terkonfirmasi diakibatkan karena adanya komorbiditas sebelumnya.

            Pada Maret 2020 di UK mulai muncul beberapa penyakit dengan gejala demam, nyeri perut, konjungtivitis, ruam, nyeri telan, nyeri kepala dan muntah yang terjadi pada anak. Beberapa lainnya menyerupai Kawasaki Disease. Selain itu di Italia muncul kasus Kawasaki Disease sebanyak 30x lebih banyak selama 5 tahun terakhir.

            Pada pemeriksaan darah anak dengan kasus terkonfirmasi hasilnya sebagian besar normal, sedangkan pada IL-6 meningkat pada hari 1-5. Pada gambaran radiologi, terdapat sensitivitas CT Thorax pada 60% kasus terkonfirmasi. Penegakan diagnosa dengan dilakukan swab PCR. Akan tetapi jika PCR negatif, tidak semestinya anak terbebas dari infeksi. Bisa jadi terjadi false negatif pada fase awal infeksi. Jika hasil negatif, bisa dilakukan tes ulang pada 7-10 hari setelahnya.

            Tatalaksana bagi penderita covid-19 pada anak yaitu dengan pengobatan suportif dan nutrisi pada anak dan pemberian antivirus pada kasus tertentu. Belum ada pengobatan yang spesifik pada kasus tersebut. Pemberian antivirus hanya diberikan pada anak dengan penyakit pemberat. Selain itu, terapi suportif lebih dianjurkan bagi anak dengan gejala ringan dan tanpa gejala.

            Bagi anak dengann status PDP ringan, dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dengan memperkuat terapi nutrisi pada anak. Selain itu bagi anak dengan gejala sedang hingga berat dianjurkan untuk isolasi di RS dengan diberikan terapi farmakologis sesuai dengan kondisinya.

            Untuk antisipasi pada anak untuk menghindari terjadinya penularan antara lain :

  1. Membatasi masuknya kuman virus ke layanan kesehatan dengan memanfaatkan telemedicine dan penggunaan masker pada pasien.
  2. Isolasi segera pasien dengan keluhan dengan memisahkan pasien sakit dengan pasien sehat.
  3. Perlindungan tenaga kesehatan dengan melakukan prinsip pencegahan infeksi dan mengelompokkan pasien yang diduga terkena covid-19.

Rekomendasi pelayanan anak di masa pandemi antara lain :

  1. Imunisasi harus tetap diberikan dengan memperhatikan protokol kesehatan.
  2. Pemisahan jadwal pemeriksaan bagi anak sehat dan anak sakit di fasilitas pelayanan kesehatan.
  3. Menerapkan protokol kesehatan dengan melakukan phyysical distancing
  4. Edukasi pemakaian masker dan etika batuk.
  5. Pemberlakuan alur pemeriksaan bagi anak dengan batuk pilek dan sesak nafas terhadap anak batuk pilek tanpa sesak nafas.

Infeksi Covid-19 pada anak harus menjadi perhatian. Gejala yang muncul bisa asimptomatis hingga multisistem inflamasi sindrom. Penatalaksanaan yang utama yaitu dengan melakukan terapi suportif. Pemberian imunisasi pada anak sehat harus tetap di berikan. Dan tentunya tenaga kesehatan harus tetap menggunakan APD dalam rangka meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya transmisi virus.

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke blog bidan Anisah, Semoga bermanfaat :)

 
Top