0

 

 

     Kampanye anti kekerasan berbasis gender mulai disuarakan sehubung dengan meningkatnya kasus kekerasan berbasis gender di Indonesia. Menurut data dari KOMNAS Perempuan, laporan kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) per Oktober 2020 mengalami kenaikan hingga 300% dibanding tahun sebelumnya. Angka tersebut menjadikan peringatan pada kita bahwa saat ini negara kita tak hanya sedang menghadapi pandemi yang mengkhawatirkan namun juga darurat kekerasan berbasis gender.

    Lebih mirisnya, kasus yang terlapor dipastikan belum termasuk seluruh kejadian yang ada di lapangan sehingga hal tersebut menjadikan sebuah fenomena gunung es dimana pada kenyataannya kasus yang terjadi lebih banyak dari pada yang tercatat. Pasalnya korban seringkali merasa takut dan tidak tahu mekanisme pelaporan.

    Sebagai civitas akademika, mahasiswa diharap dapat memberikan kontribusi langsung dalam pemberantasan kekerasan berbasis gender terutama di lingkungan kampus. Mahasiswa dapat turut serta memberikan sumbangsih dengan ikut andil dalam menyuarakan gerakan melawan kekerasan berbasis gender di lingkungan kampus.

Lalu apa yang bisa dilakukan mahasiswa?

Kenali kasusnya
    Langkah awal melawan kekerasan berbasis gender yaitu dengan mengenali bentuk kekerasan tersebut. Garis besar dalam identifikasi kekerasan berbasis gender yaitu adanya pemaksaan yang bersifat merendahkan dan menyakiti seseorang didasarkan pada seks atau gender. Dalam hal ini, kasus bullying di media sosial juga termasuk dalam kekerasan berbasis gender online. Peran mahasiswa sebagai individu hendaknya mampu mengenali jenis kekerasan berbasis gender yang mungkin terjadi terutama di lingkungan kampus.

Cegah
    Bukan sebuah kalimat asing jika mencegah lebih baik dari pada mengobati. Sebelum terjadi kekerasan, mahasiswa dapat melakukan aksi pencegahan dengan memberikan edukasi terkait jenis kekerasan berbasis gender hingga anjuran untuk berani bersuara jika melihat praktik kekerasan di lingkungan kampus. Edukasi bisa dilakukan mulai dari awal masa orientasi, sehingga diharapkan akan mencetak mahasiswa berkarakter yang melawan kekerasan berbasis gender.

Lapor dan lindungi
    Sikap mahasiswa jika sudah mendapati kasus kekerasan di lingkungan kampus yaitu segera laporkan pelaku dan lindungi korbannya. Korban perlu mendapatkan dukungan dan perlindungan dari orang lain agar tidak mengalami depresi. Jika temanmu mengalaminya, jadilah tempatnya bercerita dan jangan menghakiminya. Karena sesungguhnya korban hanya ingin didengarkan tanpa penghakiman. Pastikan juga proses pelaporan berjalan hingga pelaku mendapat peradilan.

    Selain itu mahasiswa hendaknya senantiasa upgrade wawasan dalam pembentukan kepribadian yang berkarakter baik. Mahasiswa dapat mengikuti webinar terkait kekerasan berbasis gender yang diadakan oleh Pusat Penguatan Karakter yang dinaungi oleh Kemendikbud RI. Tidak main-main, narasumber yang dihadirkan sangat inspiratif dan mewakili setiap kalangan. Saya telah mengikuti webinar ke 16 yang diselenggarakan pada Sabtu, 28 November 2020 via youtube dengan materi "Kampus Merdeka dari Kekerasan Berbasis Gender" . Selain mendapatkan ilmu yang bermanfaat, kita juga mendapat doorprise menarik dengan menjawab kuis bersambung dan berbagai pertanyaan terkait materi yang disampaikan narasumber. Ikuti terus instagram @cerdasberkarakter.kemendikbudri dan channel youtube Cerdas Berkarakter Kemendikbud RI untuk mendapatkan info serangkaian webinar yang akan datang.

Seruan mahasiswa!
Jadilah penggerak melawan kekerasan berbasis gender di lingkungan kampus. Mulai dari diri kita dan mengajak yang lain untuk gerak bersama melawan kekerasan berbasis gender. Wujudkan kampus bebas kekerasan berbasis gender.

Referensi :

Webinar 15 PUSPEKA- Anti Kekerasan Berbasis Gender 

Webinar 16 PUSPEKA – Kampus Merdeka dari Kekerasan Berbasis Gender

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke blog bidan Anisah, Semoga bermanfaat :)

 
Top