0

Image by Kemenag.go.id
 

 “Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut. (HR. Muslim)

    Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu umat islam dunia dari bulan lainnya. Bulan suci penuh berkah sebagai sarana mendekatkan diri pada Illahi. Di bulan ini pun ada suatu malam yang kemuliaannya lebih baik dari pada seribu bulan. Pahala dilipat gandakan hingga pintu surga dibuka selebar-lebarnya. Pantas saja setiap muslim berlomba-lomba memperbanyak amalan di bulan ini. 

Terlepas dari semua itu, pandemi masih enggan beranjak dari hiruk pikuk dunia menyambut Ramadhan tahun ini. Seakan belum puas membatasi gerak kami dalam beribadah di Ramadhan tahun lalu. 

 Ramadhan tahun ini bagiku sangat berbeda dari Ramadhan sebelumnya. Untuk pertama kalinya, aku menjalani Ramadhan di perantauan di tengah kondisi yang penuh ketidakjelasan. Aku adalah seorang mahasiswa pendidikan profesi bidan semester akhir yang harus dituntut untuk melaksanakan praktik offline ditengah pandemi ini. 



Selain tuntutan target asuhan yang harus dicapai, kami juga dituntut untuk tetap menjaga kesehatan kami agar tak sampai terinfeksi covid-19 saat praktik klinik. 

Meski begitu, aku tetap ingin memaksimalkan ibadahku di Ramadhan ini. Kita ga tau kan tahun depan jumpa dengan Ramadhan lagi atau tidak. Tiada yang tau kapan Ramadhan terakhir kita selain Allah SWT.

Perencanaan pun telah rapi tertulis untuk memaksimalkan Ramadhan tahun ini. Dari target amal yaumi hingga beberapa kata motivasi agar hati tetap dijalanNya. Menurutku, perencanaan amalan Ramadhan pelru ditulis gamblang di buku catatan untuk mengarahkan kita tentang target yang perlu dicapai selama Ramadhan.

Namun keinginan hati yang kurang didukung dengan kewajiban sebagai bidan yang harus siap sedia saat pasien memanggil terkhusus persalinan terkadang mengacaukan rencana amal yaumi yang telah dituliskan. Terkadang hati gundah saat rencana tertulis tak dapat dicapai. Rasa iri atas kemudahan orang lain yang mampu khatam beberapa kali dalam satu bulan Ramadhan. Pun juga kemudahan orang lain yang mampu beramal lebih tanpa beban tanggungan. 


 Namun, kewajiban tetaplah kewajiban. Aku yakin dengan kontribusiku terhadap profesi, asal ikhlas menolong sesama dan memberikan asuhan terbaik bagi pasien akan menjadi lipatan pahala lebih bagi kita. Sebuah nilai lebih yang pasti Allah siapkan bagi penolong sesama. 

Untuk orang-orang yang berkutat dalam profesi kemanusiaan. Tak perlu bersedih akan target Ramadhan yang belum mampu dicapai. Selagi kita masih maksimal dalam mencari rahmatNya, insya Allah Dia jadikan pahala berlipat bagi kita. 

Semangat Ramadhan.. Semangat memperbaiki diri..

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke blog bidan Anisah, Semoga bermanfaat :)

 
Top